Konsep Arsitektur
Dengan keterbatasan luas bangunannya, konsep arsitektur diupayakan untuk menyesuaikan dengan ide utama dari Arsitektur Monastery di Tibet – dimana monasteries di Tibet pada umumnya sangat besar, Mani House dirancang khusus untuk mendapatkan semangat dari Seni Tibetan – sehingga Mani House dapat mempertahankan tujuannya, baik tempat untuk kegiatan keagamaan, pendidikan, maupun pusat budaya.
Mani House dilengkapi dengan beberapa seni konseptual Tibet. Arsitektur luar ruangan dengan dinding batu putih yang curam – melambangkan karakter hebat yang kuat dan kokoh – karena kebanyakan Vihara Tibet dibangun untuk menyelaraskan karakter ini dengan lingkungan pegunungan. Berdiri dengan hampir 33 meter dari permukaan tanah, ditutupi oleh Stupa Utama (Chörten) dengan karakter matahari, bulan, dan api, melambangkan ilusi lebih tinggi, ketenangan, dan pencerahan.
Selanjutnya, elemen-elemen ornamen arsitektur Tibet juga dilengkapi oleh roda doa, pilar ala tibetan, roda Dharma (Dharmacakra) dengan dua ekor rusa emas, jendela kisi-kisi, pintu utama besar yang megah, dan patung dekoratif seni Tibet yang diperngaruhi oleh perpaduan yang bagus dari elemen-elemen arsitektur China, India, dan Nepal. Pilihan warnanya juga tidak dilupakan, warna Putih melambangkan kebijaksanaan dan pengetahuan. Merah melambangkan semangat hidup dan pelestarian. Kuning dan emas melambangkan kemapanan serta pelepasan keduniawian.
Sedangkan interior akan diimplementasikan lebih dalam pada elemen arsitektur Tibet – dengan mengeksplor material dan elemen lokal – memberikan keseimbangan dan keselarasan pada keseluruhan konsep desain.
Konsep arsitektur Mani House ini diharapkan dapat mencapai tujuan hadirnya Buddhisme Tibet di Medan sebagai vihara ikonik dengan ikatan karya arsitektur, budaya, gambar, dekoratif, dan kitab keagamaan.